Pengertian Sejarah Jadwal Asal Waktu Sholat Dalil hadist Al Quran

Posted on

Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah yang berarti do’a,. Sedangkan secara Syar’i (terminologi), sholat adalah perkataan dan perbuatan tertentu/khusus yang dibuka dengan takbir (takbiratul ihram) dan ditutup dengan salam sesuai dengan syarat dan rukunnya.Sholat merupakan rukun perbuatan yang paling penting diantara rukun Islam yang lain sebab ia merupakan pokok dari iman. Sholat memiliki kedudukan tertinggi diantara ibadah-ibadah yang lain karena sholat adalah tiang agama yang tidak bisa tegak agama kecuali dengannya.

Shalat dalam agama Islam menempati kedudukan yang tidak dapat ditandingi dengan ibadah manapun juga. Shalat merupakan tiang agama dimana shalat tidak dapat tegak kecuali dengan shalat itu sendiri.

Rasulullah SAW Bersabda :

“ Pokok urusan ialah Islam, sedangkan tiangnya ialah shalat, dan puncaknya adalah berjuang dijalan Allah.”

Shalat adalah ibadah yang pertama kali diwajibkan oleh Allah SWT dimana titah itu disampaikan langsung oleh-Nya tanpa perantara, dengan berdialog dengan Rasul-Nya pada malam Isra Mi’raj. Dari Anas r.a :

“ Shalat itu difardhukan atas Nabi Muhammad SAW. pada malam ia diisra’kan sebanyak lima puluh kali, kemudian dikurangi hingga lima, lalu lia dipanggil : “Hai Muhammad! Putusanku tidak dapat diubah lagi, dan dengan shalat lima waktu ini, kau tetap mendapat ganjaran lima puluh kali.”

( H.r. Ahmad, Nasa’I dan Turmudzi yang menyatakan sahnya ).

Ia juga merupakan amalan hamba yang mula-mula dihisab. Disampaikan oleh Abdullah bin Qurth r.a. :

“Amalan yang mula-mula dihisab dari seorang hamba pada hari kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik, maka baiklah seluruh amalannya, sebaliknya jika buruk, maka buruklah pula semua amalannya.” (H.r. Thabrani).

Pengertian Shalat

  • Secara etimologi shalat berarti do’a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki. Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat – syarat yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88)
  • Adapun secara hakikinya ialah “berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan di dalam jiwa rasa kebesarannya dan kesempurnaan kekuasaan-Nya” atau “mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua – duanya” (Hasbi Asy-Syidiqi, 59)
  • Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’ (Imam Bashari Assayuthi, 30)
  • Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah kepada Tuhan, berupa perkataan denga perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara”. Juga shalat merupakan penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohon ridho-Nya.
  Pengertian Kuantitas : Contoh Menurut para Ahli

Sejarah Singkat Sholat

Sholat merupakan tiang agama yang harus selalu dijaga . Sebelum shalat lima waktu yang wajib disyariatkan, sesungguhnya Rasulullah SAW dan para shahabat sudah melakukan ibadah shalat. Hanya saja ibadah shalat itu belum seperti shalat 5 waktu yang disyariatkan sekarang ini.

Awal mula ada perintah sholat bagi kaum mukmin mukminat ialah ketika Rosulullah SAW mendapatkan perintah Allah SWT untuk melakukan Isra’ Mi’raj taganggal 27 Rajab tahun ke-5 sebelum hijrah Nabi ke Madinah yaitu perjalanan dari masjidil Haram ke masjidil Aqsho dan dari masjidil Aqsho ke Sidrotul Muntaha.

Rosulullah dalam perjalanannya ditemani oleh malaikat Jibril dengan menaiki buroq yang kecepatannya hanya beberapa menit saja, dan yang kita temui sekarang ini seperti pesawat.

Ketika sampai di sidrotul Muntaha Rosulullah diperintahkan untuk melaksanakan sholat sebanyak 50 sholat. Untuk Rosulullah sendiri sebenarnya tidak keberatan namun melihat kondisi umatnya maka Rosulullah meminta keringanan kepada Allah agar dikurangi jumlah sholatnya . Pengurangan jumlah sholat tersebut akhirnya menjadi 5 sholat dalam sehari semalam. Dan itu merupakan pengurangan yang terakhir dan tidak bisa dirubah lagi.

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Syaikhain yang artinya : “Allah mewajibkan atas umatku di malam Isro’ 50 sholat. Maka aku terus mendatangi-Nya dan memohon keringanan kepada-Nya hingga Allah menjadikannya 5 sholat sehari semalam.”

Segaimana dalam hadits lain juga disebutkan:

Dari Anas bin Malik ra. “Telah difardhukan kepada Nabi SAW shalat pada malam beliau diisra`kan 50 shalat. Kemudian dikurangi hingga tinggal 5 shalat saja. Lalu diserukan, “Wahai Muhammad, perkataan itu tidak akan tergantikan. Dan dengan lima shalat ini sama bagimu dengan 50 kali shalat.”(HR Ahmad, An-Nasai dan dishahihkan oleh At-Tirmizy)

  Pengertian Statistik Menurut Para Ahli

Sementara itu, dalam beberapa keterangan disebutkan bahwa shalat 5 waktu yang dikerjakan oleh umat islam saat ini, berasal dari shalat para nabi terdahulu…

1. Shubuh, manusia pertama yang melakukan shalat ini adalah nabi Adam As, yaitu saat Adam diturunkan ke Bumi untuk menjadi khalifah (pengelola) di muka bumi. Konon Adam megerjakan shalat dua rakaat, menjelang terbit fajar. Rakaat pertama; sebagai tanda syukur karena terlepas dari kegelapan malam. Sedangkan rakaat kedua, bersyukur atas datangnya siang.

2. Zhuhur, manusia yang pertama kali yang mengerjakan shalat ini adalah nabi Ibrahin As, saat Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan kepadanya agar menyembelih anaknya Nabi Ismail As, dan Allah mengantikannya dengan seekor domba. Seruan itu datang pada waktu tergelincir matahari, lalu sujud Nabi Ibrahim sebanyak empat rakaat. Rakaat pertama, adalah sebagai tanda bersyukur bagi penebusan, yang kedua adalah tanda syukur atas dihilangkannya kedukaan dari dirinya dan anaknya, ketiga tanda syukur atas keridhaan Allah, dan keempat tanda syukur karena Allah menganti tebusannya.

3. Ashar, manusia yang pertama kali melakukan shalat ashar adalah nabi Yunus, saat ia keluar dari perut ikan Nun (paus). Ikan nun mengeluarkan nabi Yunus dari perutnya ke tepi pantai, sedangkan waktu itu telah masuk waktu ashar. Maka, bersyukurlah nabi Yunus dan mendirikan shalat empat rakaat karena terhindar dari empat kegelapan. Rakaat pertama, kegelapan akibat kesalahan meninggalkan kaumnya, kedua, kegelapan malam dalam lautan, ketiga, kegelapan malam akibat berhari-hari lamanya di dalam perut ikan Nun, dan keempat kegelapan dalam perut ikan Nun.

4. Maghrib, manusia yang pertama mengerjakan shalat maghrib adalah nabi Isa As, yakni Allah Subhanahu wa Ta’ala mengeluarkannya dari kejahilan dan kebodohan kaumnya, sedang waktu itu telah terbenam matahari. Maka, nabi Isa bersyukur dan bersujud sebanyak tiga kali. Rakaat pertama adalah untuk menafikkan bahwa tiada tuhan selain Allah yang Maha Esa, kedua menafikkan zina yang dituduhkan atas ibunya, dan yang ketiga untuk meyakinkan kaumnya bahwa tuhan itu hanya satu dan bukan tiga.

5. Isya, manusia yang pertama melakukannya adalah nabi Musa As, ketika itu nabi Musa tersesat mencari jalan keluar dari negeri Madyan, sedang dalam dalam dadanya penuh dengan duka cita. Allah swt menghilang kan semua perasaan duka citanya pada waktu malam. Lalu, shalatlah nabi Musa empat rakaat sebagai tanda bersyukur. Rakaat pertama sebagai tanda duka cita terhadap istrinya, kedua sebagai tanda duka cita terhadap Fir’aun, yang ketiga tanda dukacita terhadap saudaranya Harun, dan yang keempat adalah tanda duka cita terhadap anak Fir’aun. Wallahu ’alam

  Pengertian Multimedia : Fungsi, Manfaat, Contoh Produk, Jenis

Waktu Sholat

Awal waktu sholat dalam satu tahun selalu berubah. Pada prinsipnya, jadwal waktu shalat berubah karena mengikuti perubahan gerak Matahari seperti tampak dari Bumi (disebut gerak semu Matahari). Mungkin kita pernah menyaksikan sendiri bahwa Matahari tidak terbit dan terbenam pada waktu yang sama setiap hari. Matahari juga tidak selalu tiba di titik tertingginya di langit pada waktu yang sama. Selain itu, Matahari tidak selalu terbit tepat di timur dan terbenam tepat di barat. Perubahan gerak Matahari yang berefek pada perubahan panjang bayangan dan perubahan waktu fajar dan senja berimplikasi pada perubahan jadwal waktu shalat yang berpatokan pada efek-efek tadi.

Mengapa gerak semu Matahari selalu berubah? Itu dikarenakan Bumi mengelilingi Matahari dalam lintasan yang lonjong sehingga kadang gerak Bumi lebih cepat dan kadang lebih lambat. Bumi juga tidak mengelilingi Matahari dalam bidang yang berimpit dengan ekuator Bumi. Dengan kata lain sumbu rotasi Bumi tidak tegak lurus terhadap bidang Bumi mengelilingi Matahari. Fenomena beda bidang ini lah yang mengakibatkan lokasi terbit dan terbenam Matahari selalu berubah. Baca tentang gerak semu Matahari di sini.

Dengan astronomi dapat dihitung dengan sangat teliti di mana posisi Matahari setiap saat dan sebaliknya: kapan Matahari berada pada posisi tertentu atau kapan bayangan suatu benda (oleh cahaya Matahari) memiliki panjang tertentu. Perhitungannya dapat dilakukan setahun penuh dan dimudahkan dengan berkembangnya komputer dan bahasa pemrograman. Dengan memakai kriteria posisi Matahari untuk awal waktu shalat yang ditetapkan oleh para ulama, dapat dibuat formula matematis perhitungan awal waktu shalat. Pengetahuan ini lah yang digunakan untuk membuat jadwal waktu shalat secara modern (biasanya ditambahkan 1-2 menit untuk kehati-hatian). Hasil perhitungan selama setahun dapat digunakan secara berulang hingga waktu yang sangat lama karena keteraturan gerak tahunan Bumi mengelilingi Matahari.

Jadwal Waktu Sholat