Pengertian Sejarah Teknik Dasar Olahraga Gulat – Gulat adalah jenis olahraga bela diri di mana kontak fisiklah yang dikhususkan dan dimainkan tentunya diantara 2 orang. Pegulat ialah sebutan guna seseorang yang menggeluti olahraga gulat dan menjadi atlet atau pesertanya. Seorang pegulat butuh mengontrol lawan dan menjatuhkan mereka nanti di akhir. Teknik jasmani tentu ialah yang sangat utama di sini untuk dapat menang.
Pengertian Olahraga Gulat
Gulat adalah sebuah olahraga kontak fisik yang melibatkan dua atlet yang berusaha untuk mengendalikan atau menjatuhkan lawan mereka dengan menggunakan teknik-teknik gulat yang telah ditetapkan. Olahraga gulat biasanya dilakukan di atas permukaan yang disebut matras gulat.
Beberapa poin penting dalam pengertian gulat meliputi:
- Kontak Fisik: Gulat adalah olahraga kontak fisik, yang berarti para atlet saling berinteraksi langsung dengan tujuan untuk mengendalikan atau menjatuhkan lawan mereka.
- Aturan dan Teknik: Gulat memiliki aturan dan teknik yang ketat. Para atlet harus mengikuti aturan-aturan tertentu dalam pertandingan, seperti larangan pukulan atau tendangan, serta penggunaan teknik-teknik tertentu untuk mendapatkan keunggulan.
- Poin dan Tujuan: Atlet mencoba untuk meraih poin dengan mengendalikan atau menjatuhkan lawan mereka. Terdapat berbagai cara untuk meraih poin, seperti menjatuhkan lawan ke lantai dengan punggungnya atau mengunci lawan dalam posisi tertentu.
- Gulat Gaya Bebas dan Gaya Klasik: Terdapat dua bentuk utama gulat, yaitu gulat gaya bebas dan gulat gaya klasik. Gaya bebas memungkinkan penggunaan berbagai teknik serangan, sementara gaya klasik memiliki aturan yang lebih kaku dan melibatkan teknik-teknik yang lebih terbatas.
- Kejuaraan dan Olimpiade: Gulat adalah olahraga yang sangat kompetitif dan memiliki kejuaraan tingkat nasional dan internasional. Selain itu, gulat adalah salah satu cabang olahraga dalam Olimpiade dan telah menjadi bagian dari Olimpiade sejak zaman kuno.
Gulat adalah olahraga yang memerlukan kekuatan fisik, teknik, dan strategi. Ini adalah olahraga yang menuntut ketangkasan, kelincahan, dan kecerdikan dalam mengalahkan lawan.
Sejarah Gulat
Sejak sebelum Perang Dunia II, Indonesia telah mengenal gulat internasional. Olahraga ini diperkenalkan oleh tentara Belanda dan pada saat itu, masyarakat Indonesia melihatnya sebagai tontonan yang sering muncul di pasar malam atau acara hiburan di kota-kota besar.
Ketika Indonesia diduduki oleh tentara Jepang antara tahun 1941 hingga 1945, seni bela diri Jepang seperti Judo, Sumo, dan Kempo juga masuk ke Indonesia, yang akhirnya membuat gulat perlahan-lahan meredup.
Pada tahun 1959, di Bandung, pertandingan gulat bayaran antara Batling Ong dan Muh. Kunyu dari Pakistan diselenggarakan. Pertandingan ini menarik perhatian para pencinta olahraga gulat di Indonesia, terutama di kota Bandung. Pertandingan ini diadakan oleh PERTIGU (Persatuan Tinju dan Gulat), yang adalah organisasi olahraga amatir dan profesional tinju dan gulat di Indonesia. Pada saat itu, pemerintah tidak mengakui keberadaan organisasi olahraga gulat bayaran.
Pada tahun 1960, Kolonel CPM R. Rusli, yang diberi mandat oleh Ketua OC Asian Games IV tahun 1962, mendirikan Persatuan Gulat Seluruh Indonesia (PGSI). Ini dilakukan dengan harapan bahwa Indonesia dapat berpartisipasi dalam Asian Games IV pada tahun 1962. Kolonel Rusli berkolaborasi dengan sejumlah tokoh olahraga, termasuk Batling Ong, Ong Sik Lok, M.Cc. M.F. Siregar, M.Sc., H.B. Alisahbana, dan Abdul Djalil, untuk mendirikan organisasi ini.
Dengan berlangsungnya Kejuaraan Dunia di Yokohama pada tahun 1961, PGSI mengadakan seleksi nasional untuk menentukan tim gulat Indonesia yang akan berkompetisi di kejuaraan dunia tersebut. Beberapa pegulat terpilih untuk mewakili Indonesia dalam berbagai kategori gaya bebas dan Yunani-Romawi.
Pada PON V tahun 1961 di Bandung, olahraga gulat menjadi salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan, dengan Jawa Barat memenangkan sebagian besar medali.
Asian Games IV tahun 1962 di Jakarta melihat partisipasi penuh tim gulat Indonesia, meskipun prestasi mereka hanya meraih dua medali perunggu.
Pada Ganefo I (Games of The New Emerging Forces) di Jakarta tahun 1963, pegulat Indonesia meraih medali perak dan perunggu.
Tahun 1964, PB PGSI mengirim pegulatnya ke RRC dan Korea Utara untuk mendapatkan pengalaman.
Tahun 1965, banyak pegulat berbakat muncul menjelang PON VI di Jakarta, tetapi peristiwa politik menyebabkan pembatalan acara tersebut.
Pada tahun 1966, menjelang Asian Games V di Bangkok, PGSI menyelenggarakan kejuaraan nasional di Bandung dan mengirim tim yang terpilih untuk mewakili Indonesia.
Tahun 1967, diadakan kejuaraan nasional di Surabaya, yang menjadi kehadiran terakhir Batling Ong Hong Liong dalam dunia gulat.
Tahun 1968 adalah tahun sepi bagi PGSI karena tidak ada kompetisi tingkat nasional. Ini digunakan untuk mempersiapkan tim untuk PON VII tahun 1969 di Surabaya.
PON VII tahun 1969 di Surabaya melihat perkembangan olahraga gulat di Indonesia, dengan hadirnya wajah-wajah baru yang berbakat.
Pada tahun 1970, PGSI memiliki kesempatan untuk ambil bagian dalam Asian Games VI di Bangkok. Mereka mulai merangkai tim dan menyelenggarakan kejuaraan nasional di Bandung.
Tahun 1971, gulat juga dipertandingkan dalam POM (Pekan Olahraga Mahasiswa) di Palembang, tetapi ini adalah yang terakhir kalinya.
Tahun 1972, menjelang PON VIII di Jakarta, babak kualifikasi diadakan untuk daerah yang akan berpartisipasi. PGSI kembali mengadakan kejuaraan nasional di Medan, dan pegulat terpilih mempersiapkan diri untuk PON VIII tahun 1973 di Jakarta.
Dalam PON VIII ini pula dipertandingkan gulat dalam 2 nomor yaitu gaya Yunani-Romawi dan gaya bebas.
Tahun 1973, ini PGSI pun kembali ikut serta dalam kejuaraan gulat di Glanbator, Mongolia dan kesebelasan Indonesia terdiri dari Tigor Siahaan, Syampurno, Johny Gozali dan Darmanto.
Selain tersebut kegiatan internasional yang dibuntuti oleh semua pegulat kita ialah :
- Tahun 1974 Asian Games VII di Teheran, PGSI mengantarkan pegulat Tigor Siahaan ruang belajar 48 kg dan Johny Gozali ruang belajar 62 kg ; kejuaraan dunia tahun 1978 di Mexico PGSI menerjunkan pegulat-pegulat Suwarto ruang belajar 57 kg, Alfan Sulaiman ruang belajar 62 kg, Tahi Sihombing ruang belajar 68 kg dan Eddy Santoso ruang belajar 74 kg.
- Tahun 1980, di Rumania PGSI mengantarkan pegulat Suwarto ruang belajar 57 kg, Edison ruang belajar 62 kg dan Alfan Sulaiman ruang belajar 68 kg.
- Tahun 1982, Asian Games IX di New Delhi, PGSI mengantarkan Rubianto Hado kela s48 kg, Rusdi ruang belajar 57 kg, dan Alfan Sulaiman ruang belajar 62 kg.
Sejak pembentukannya tahun 1960 PGSI telah tidak sedikit melakukan pekerjaan baik lokal, nasional maupun internasional. Frekuensi pertandingan meningkat dan wilayah baru PGSI pun bertambah.
Saat ini di semua Indonesia PGSI memiliki 17 Pengda :
- Pengda PGSI Sumatera Utara, jalan Karantina 50 Medan,
- Pengda PGSI Sumatera Barat, jalan Arief Rahman Hakim 6 Padang
- Pengda PGSI Riau, Kepala Kantor Kecamatan Tebing Tinggi di Selat Panjang
- Pengda PGSI Sumatera Selatan, GOR KONI Sumatera Selatan jalan Kapten A. Rivai Palembang
- Pengda PGSI Jawa Barat, jalan Aceh 47- 49 Bandung
- Pengda PGSI DKI Jaya, Manajer Stadion Utama Senayan Pintu 8 Jakarta
- Pengda PGSI Jawa Tengah, SGO jalan Atmodirono 2/4 Semarang.
- Pengda PGSI D.I. Yogyakarta, jalan Dr. Wahidin 20 Yogyakarta
- Pengda PGSI Jawa Timur, jalan Ngagel Timur II/30 Surabaya
- Pengda PGSI Kalimantan Tengah , SMOA Negeri Palangkaraya
- Pengda PGSI Kalimantan Selatan, Kantor Depdikbud Kecamatan Banjar Barat jalan Batu Tiban Banjarmasin.
- Pengda PGSI Kalimantan Timur, SGO Negeri Samarinda jalan pahlawan Samarinda
- Pengda PGSI Sulawesi Utara, KONI Propinsi Sulawesi Utara jalan A. Yani Manado.
- Pengda PGSI Sulawesi Selatan, jalan Hatimurah 2 Ujung Pandang
- Pengda PGSI Sulawesi Tengah, Sdr. Suwardji SKKP negeri palu.
- Pengda PGSI Sulawesi Tenggara, Sdr. Watimena jalan Fajarmerantau Kendari.
- Pengda PGSI Irian Jaya, KONI Irian Jaya Jayapura.
Gaya yang dipertandingkan dan kelasnya
Olahraga gulat mempertandingkan 2 macam gaya yakni gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi. Gulat gaya bebas dan gaya Yunani-Romawi setiap meliputi kelas-kelas :
- Kelas 48 kg
- Kelas 52 kg
- Kelas 57 kg
- Kelas 62 kg
- Kelas 68 kg
- Kelas 74 kg
- Kelas 82 kg
- Kelas 90 kg
- Kelas 100 kg
- Kelas 100 kg, + (over + 100 kg).
Organisasi
Susunan organisasi PGSI berbentuk piramida dan vertikal, berjenjang mulai dari perkumpulan – perkumpulan, pengurus Kabupaten/Kotamadya, Kota (Administratif), Propinsi hingga ke tingkat Pusat.
Di Ibukota Republik Indonesia Jakarta disusun Pengurus Besar Persatuan Gulat Seluruh Indonesia yang disingkat PB. PGSI, di Ibukota Propinsi disusun Pengurus Daerah PGSI yang disingkat Pengda PGSI, di Ibukota Kabupaten/Kotamadya dan Kota Administratif disusun pengurus cabang disingkat Pengcab PGSI, yang setiap pembentukannya oleh kongres, rapat anggota pemilihan pengurus cabang.
Masa kepengurusan besar sangat lama 4 tahun dan pengurus cabang 2 tahun.
Teknik Dasar Gulat
1. Clinch Fighting
Secara etimologi, clinch fighting berarti bertempur dengan memiting. Sangat umum digunakan dalam gulat meski tergolong sulit.
Dengan teknik ini lawan tidak akan mampu menggunakan tendangan dan tinjuan sebagai senjata karena tubuhnya sudah tak mampu bergerak dengan leluasa lagi. Teknik ini juga biasa digunakan sebagai peralihan dari model stand-up fighting ke ground fighting. Akan lebih menguntungkan bila kita memiliki berat dan tinggi yang lebih dari lawan.
2. Leverage
Secara harfiah leverage berarti mengambil keuntungan. Jadi, pegulat yang lebih tinggi dari lawannya akan lebih mudah memenangkan pertarungan dengan memanfaatkan jangkauannya yang panjang untuk meraih pergelangan kaki lawan. Dengan teknik ini, pegulat akan mampu mengangkat satu kakinya dari matras dan kemudian menyapu kaki lain lawan agar lawan terjatuh.
Teknik leverage ini terdiri dari beberapa sub-teknik lainnya, yakni:
- Hip Throws
Teknik ini dilakukan dengan cara membanting bagian pinggang lawan. Setelah memastikan posisi tubuh bagian atas lawan, langkah kaki bisa diposisikan di antara tubuhnya untuk mengambil keuntungan. Dengan bagian pinggang diposisikan di bawah pinggang lawan, kita bisa mengambil gerakan dengan cara mengangkat sedikit tubuh lawan. Setelah itu kita bisa membanting lawan ke arah belakang.
- Cradles
Teknik ini berfokus pada keuntungan seorang pegulat dalam meletakkan lawan di punggungnya. Pegulat dengan tubuh yang lebih tinggi dan lengan yang lebih panjang bisa melakukan kuncian pada kepala lawan dengan satu lengan. Sementara lengan lainnya bisa diposisikan di bawah salah satu atau kedua kaki. Tangan kemudian bisa dikunci rapat dengan menariknya lebih dulu lalu mengarahkan kepala lawan serta lutut di saat bersamaan.
- Sprawl
Teknik ini dilakukan dengan cara menarik kedua kaki kita dan menjatuhkan diri ke matras lalu menerkam lawan dengan berada di atasnya saat ia mencoba menyerang. Dengan ukuran tubuh yang lebih tinggi dari lawan, kita bisa meraih bagian bawah tubuh lawan dan mengunci lengannya. Setelah itu, lanjutkan dengan cara membalikkannya hingga bagian pinggang lawan terkunci sehingga dia tidak bisa bergerak.
3. Joint Lock
Dalam teknik ini seorang pegulat hanya perlu mengisolasi sendi lawan agar lawan tidak bisa bergerak. Teknik ini akan memberikan rasa sakit pada bagian sendi dan mampu memicu cedera pada lawan. Risiko yang terjadi antara lain adalah kerusakan otot, ligamen dan tendon. Lawan bahkan berpotensi mengalami patah tulang karena gerakan ini.
4. Grappling Hold
Teknik ini sangat tepat digunakan untuk mengendalikan gerakan dan posisi lawan. Gerakan grappling berfokus pada clinching, submission dan juga pinning.
Itulah informasi singkat tentang empat teknik dasar dalam olahraga gulat. Di era kekinian, gulat sudah banyak dikombinasikan dengan martial arts. Berikutnya, kita akan membahas cabang olahraga lain.
Manfaat Gulat
Olahraga gulat memiliki banyak manfaat, baik bagi kesehatan fisik maupun aspek lain dalam kehidupan seseorang. Berikut adalah beberapa manfaat utama dari berpartisipasi dalam olahraga gulat:
- Peningkatan Kesehatan Fisik: Olahraga gulat melibatkan gerakan tubuh yang intens dan berbagai jenis latihan seperti angkat berat, latihan kardiovaskular, dan latihan ketangkasan. Ini membantu meningkatkan kekuatan otot, stamina, dan daya tahan fisik.
- Pengembangan Kekuatan dan Ketahanan: Gulat melibatkan penggunaan seluruh tubuh untuk mengendalikan dan menjatuhkan lawan. Hal ini mengembangkan kekuatan dan ketahanan di berbagai kelompok otot, termasuk otot inti, kaki, lengan, dan punggung.
- Peningkatan Ketrampilan Teknikal: Olahraga gulat memerlukan penguasaan berbagai teknik dan keterampilan khusus, seperti pegangan, lemparan, penguncian, dan taktik. Ini mempromosikan perkembangan kemampuan teknis dan intelektual.
- Pengembangan Disiplin dan Fokus: Gulat membutuhkan konsentrasi tinggi dan disiplin. Para atlet harus belajar mengendalikan emosi, mematuhi aturan, dan menjalankan strategi dengan fokus.
- Pengembangan Kepemimpinan dan Kepercayaan Diri: Olahraga gulat dapat membantu dalam pengembangan kepemimpinan, karena para atlet sering kali harus memimpin dan memberikan contoh positif bagi rekan setim mereka. Hal ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri, terutama ketika atlet meraih kesuksesan dalam kompetisi.
- Keterampilan Pengambilan Keputusan: Gulat seringkali melibatkan pengambilan keputusan cepat dalam situasi yang berubah dengan cepat. Ini membantu meningkatkan kemampuan atlet untuk membuat keputusan yang baik di bawah tekanan.
- Peningkatan Kesehatan Mental: Olahraga ini dapat membantu mengurangi stres, meningkatkan kesejahteraan mental, dan mengatasi masalah kecemasan. Latihan fisik yang teratur juga telah terbukti dapat meningkatkan suasana hati dan meredakan gejala depresi.
- Pengembangan Etika Kerja dan Ketekunan: Latihan dan persiapan yang diperlukan dalam gulat mengajarkan pentingnya bekerja keras, disiplin, dan ketekunan untuk mencapai tujuan.
- Peningkatan Kesadaran Tubuh: Para atlet gulat mengembangkan kesadaran tubuh yang tinggi, yang dapat membantu mereka dalam berbagai aspek kehidupan sehari-hari, termasuk mobilitas, postur, dan keseimbangan.
- Kesempatan Kompetisi: Gulat adalah olahraga yang kompetitif, memberikan atlet kesempatan untuk bersaing dalam kompetisi tingkat lokal, nasional, dan internasional.
- Kemampuan Pertahanan Diri: Keterampilan yang dipelajari dalam gulat dapat bermanfaat dalam situasi pertahanan diri, karena atlet memiliki kemampuan untuk mengendalikan dan menjatuhkan lawan.
Dengan berbagai manfaat tersebut, olahraga gulat tidak hanya baik untuk kesehatan fisik, tetapi juga membantu dalam pengembangan karakter, ketrampilan, dan kesejahteraan secara keseluruhan.