Akulturasi adalah suatu proses sosial yang terjadi ketika dua budaya yang berbeda berinteraksi dan menciptakan budaya baru. Meskipun akulturasi menghasilkan budaya baru, faktor dan karakteristik budaya asli tetap ada dan terus dipertahankan.
Proses akulturasi terjadi ketika suatu kelompok masyarakat berinteraksi dengan masuknya unsur budaya asing. Budaya baru ini kemudian diterima dan diadopsi oleh kelompok masyarakat tersebut tanpa menghilangkan unsur budaya yang telah ada sebelumnya.
Akulturasi berbeda dari asimilasi, yang cenderung menghilangkan budaya asli setelah terjadi penyatuan dua budaya.
Akulturasi dapat memiliki dampak tertentu, salah satunya adalah perubahan dalam cara orang melihat kehidupan dan peningkatan pengetahuan dan pemahaman. Namun, akulturasi juga dapat memiliki dampak negatif, terutama jika budaya yang masuk tidak sesuai dengan norma masyarakat.
Ada beberapa contoh akulturasi yang dapat ditemui dalam kehidupan sehari-hari, seperti seni kaligrafi Arab yang dipadukan dengan budaya tradisional Indonesia atau seni sastra Indonesia yang dipengaruhi oleh budaya India dan Persia.
Contoh lain adalah lenong dan tari tradisional Congkek, yang merupakan perpaduan antara dua budaya yang berbeda, yaitu Betawi dan Cina. Selain itu, arsitektur bangunan saat ini juga banyak dipengaruhi oleh gaya arsitektur Cina, Arab, hingga Eropa.
Dalam bidang sosiologi, diketahui bahwa dalam dunia ini tidak ada yang abadi. Ini menegaskan bahwa segala yang berkaitan dengan manusia dan budaya akan terus berubah.
Perubahan akan selalu terjadi, dan individu yang terbuka terhadap perubahan akan bertahan. Konsep perubahan ini dikenal sebagai konsep perubahan sosial. Akulturasi adalah salah satu bentuk perubahan sosial yang mudah ditemui di sekitar kita.
Secara etimologi, akulturasi berasal dari bahasa Latin, yaitu “acculturate,” yang berarti “tumbuh dan berkembang bersama.” Akulturasi dapat diartikan sebagai upaya untuk tumbuh dan berkembang bersama. Itu dimulai dari individu dan kemudian memengaruhi kelompok.
Koentjaraningrat menjelaskan bahwa akulturasi budaya terjadi ketika ada interaksi sosial antara budaya asli dan budaya pendatang yang kemudian menyatu menjadi budaya baru tanpa menghilangkan ciri khas atau karakteristik budaya asli. Singkatnya, akulturasi adalah percampuran antara budaya luar atau budaya asli yang berkembang menjadi budaya baru.
Pengertian Akulturasi
Akulturasi adalah proses interaksi budaya di mana elemen-elemen budaya dari berbagai kelompok masyarakat saling berdampingan dan saling memengaruhi satu sama lain, menghasilkan perubahan atau perpaduan dalam budaya mereka. Proses ini dapat terjadi secara alami ketika kelompok masyarakat yang berbeda budaya bertemu, baik melalui perdagangan, migrasi, penjajahan, atau kontak sosial lainnya.
Akulturasi melibatkan pertukaran gagasan, nilai-nilai, kepercayaan, adat istiadat, teknologi, bahasa, dan berbagai aspek budaya lainnya antara kelompok-kelompok yang berinteraksi. Ini dapat berdampak pada berbagai aspek kehidupan, seperti makanan, musik, seni, agama, sistem politik, dan bahasa. Sebagai contoh, ketika dua kelompok budaya berinteraksi, mungkin terjadi adopsi elemen-elemen budaya dari satu kelompok oleh yang lain, menghasilkan perubahan dalam cara berpakaian, upacara keagamaan, atau bahasa yang digunakan.
Pengertian Akulturasi Menurut Para Ahli
Berikut ini terdapat beberapa akulturasi menurut para ahli, terdiri atas:
- Menurut Koentjaraningrat
Akulturasi adalah proses sosial yang terjadi ketika kelompok sosial dengan kebudayaan tertentu terkena budaya asing yang berbeda. Persyaratan proses akulturasi adalah senyawa (afinitas) bahwa penerimaan budaya tanpa rasa kejutan, maka keseragaman (homogenitas) sebagai nilai baru dicerna karena tingkat dan pola budaya kesamaan.
- Menurut Gillin & Gillin
Dalam bukunya “culture Sosiology”, memberikan definnisi mengenai akulturasi sebagai proses dimana masyarakat- masyarakat yang berbeda-beda kebudayaannya mengalami perubahan oleh kontak yang sama dan langsung, tetapi dengan tidak sampai kepada percampuran yang komplit dan bulat dari kedua kebudayaan itu.
- Menurut Harsoyo
Akulturasi adalah fenomena yang timbul sebagai hasil jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu dan mengadakan kontak secara langsung dan terus-menerus; yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
- Menurut Krober
Akulturasi itu meliputi perubahan didalam kebudayaan yang disebabkan oleh adanya pengaruh dari kebudayaan lain, yang akhirnya menghasilkan makin banyaknya persamaan pada kebudayaan itu.
- Menurut Redfield, Linton, Herskovits
Akulturasi meliputi fenomena yang timbul sebagai hasil, jika kelompok-kelompok manusia yang mempunyai kebudayaan yang berbeda-beda bertemu, dan mengadakan kontak secara terus menerus, yang kemudian menimbulkan perubahan dalam pola kebudayaan yang original dari salah satu kelompok atau kedua-duanya.
- Menurut Arnold M.Rose
“ the adoption by a person or group of the culture of another social group.” Artinya: “adopsi oleh orang atau kelompok budaya lain kelompok sosial”.
- Menurut Garbarino
“Acculturation (is) the process of culture change as a result of long term, face to face contact between two societies”.
“Akulturasi (adalah) proses perubahan budaya sebagai akibat jangka panjang, tatap muka kontak antara dua masyarakat “.
- Menurut Ta Chee Beng
“Acculturation is the kind of cultural change of one ethnic group or a certain population of ethnic group (A) in relation to another ethnic group (B) such that certain cultural features of A become similar or bear some resemblance to those of B”.
“Akulturasi adalah jenis perubahan budaya dari satu kelompok etnis atau populasi tertentu dari kelompok etnis (A) dalam hubungannya dengan kelompok lain (B) sedemikian rupa sehingga budaya tertentu fitur dari A menjadi serupa atau beruang kemiripan kepada mereka dari B”.
- Menurut Robert E.Park dan Ernest W.Burgess
“comprehends those phenomena which result when groups of individuals having different culture comes into continous first hand contact, with subsequent changes in the original cultural patterns of either or both groups”.
“Memahami fenomena yang terjadi ketika kelompok individu yang memiliki budaya yang berbeda datang ke dalam kontak tangan terus pertama, dengan perubahan berikutnya dalam pola-pola budaya asli dari salah satu atau kedua kelompok”.
- Menurut Suyono
Akulturasi hadir dari pengamat Suyuno yang dikutip dalam buku Rumondor (1995:208) yang sebut bahwa Akulturasi ialah suatu proses transfer peserta dari bermacam-macam unsur budaya yang saling bertemu dan bekerjasama serta menumbuhkan proses interaksi budaya yang tanpa meninggalkan budaya aslinya.
- Menurut Nardy
Mengartikan Akulturasi sebagai potongan dari proses sosial yang muncul dari sekelompok masyarakat dengan kebudayaannya dan bertemu dengan kelompok masyarakat lain tentunya dengan kebudayaan mereka (asing) dan berbaur yang membuat interaksi sosial sehingga lambat laun diterima oleh dan disatukan menjadi kebudayaan bersama tanpa menghilangkan identitas budaya itu sendiri.
- Menurut Hasyim
Akulturasi berdasarkan Hasyim juga merujuk ke perpaduan dua budaya dalam kehidupan yang berjalan seienteng sertai tenang dan tetap melestarikan unsur budaya aslinya. Hasyim menambahkan jikalau proses akulturasi ini berlangsung ketika sekelompok masyarakat yang tengah melaksanakan transmigrasi mengadakan interaksi dengan penduduk orisinil yang kemudian secara sedikit demi sedikit meleburkan dua budaya dan tetap menjaga budaya aslinya.
- Menurut Lauer
Pendapat Lauer terkena Akulturasi lebih ke pembentukan pola gres dari hasil penyatuan dua budaya yang disebabkan kesamaan lebih banyak didominasi budaya tersebut dan interaksi baik dari masyarakat itu sendiri yang kemudian mengarah ke masing-masing budaya dengan tetap mempertahankan keaslian nilainya.
- Menurut Sumandiyo Hadi
Hal tersebut juga serupa menyerupai pendapat yang dikemukakan oleh Sumandiyo Hadi dalam buku terbitannya dihalam 35 terkena pengertian Akulturasi dan Inkulturasi yang ialah dua hal dengan saling mempunyai kaitan yang erat.
Sumandiyo menambahkan jikalau Akulturasi ialah potongan bentuk perubahan dari kebudayaan yang sanggup dilihat ataupun ditandai dengan adanya kontak dan interaksi antar budaya baik mendapatkan maupun memdiberi yang sebelumnya dilakukan oleh kelompok masyarakat yang membawa masing-masing kebudayaan tersebut.
- Menurut Bee dalam Hadi
Menurut pandangan Bee yang dikutip dari buku Hadi, tokoh tersebut menyampaikan jikalau akulturasi ialah sebuah perubahan budaya dari dua sistem budaya yang saling diberinteraksi. Bee juga menambahkan bekerjsama Akulturasi terjadi dengan ciri proses perubahan yang diiringi dengan difusi, penemuan maupun invensi yang mencerminkan sebuah konsep dengan lebih menyampaikan sisi kondisi kehidupan sosial budaya dari kelompok masyarakat tersebut.
- Menurut Murdock
Akulturasi berdasarkan Murdock yang lebih ke sebuah modifikasi secara daptif dari bermacam-macam elemen maupun unsur dari budaya yang diakibatkan dari sebuah proses interaksi antar kelompok yang membawa kebudayaan dengan tingkat persamaan unsur yang besar.
Proses Akulturasi
Proses akulturasi adalah interaksi budaya yang melibatkan pertukaran, penyerapan, dan penyesuaian elemen-elemen budaya antara dua atau lebih kelompok masyarakat yang berbeda. Proses ini berlangsung dalam beberapa tahapan dan melibatkan berbagai aspek budaya. Berikut adalah tahapan utama dalam proses akulturasi:
- Kontak Budaya: Proses akulturasi dimulai dengan kontak budaya antara kelompok masyarakat yang berbeda. Ini dapat terjadi karena perdagangan, migrasi, penjajahan, pernikahan antar-kelompok, atau interaksi sosial lainnya. Kontak ini membuka pintu bagi pertukaran budaya.
- Pertukaran Budaya: Selama kontak budaya, kelompok masyarakat mulai saling memengaruhi satu sama lain. Ini mencakup pertukaran gagasan, nilai-nilai, teknologi, makanan, bahasa, pakaian, musik, dan elemen budaya lainnya. Pertukaran ini dapat bersifat timbal balik, dengan kedua kelompok masyarakat memberikan pengaruh satu sama lain.
- Integrasi Budaya: Salah satu tahapan penting dalam akulturasi adalah integrasi budaya. Ini terjadi ketika elemen-elemen budaya dari kelompok-kelompok yang berinteraksi mulai diadopsi dan diintegrasikan ke dalam budaya mereka masing-masing. Ini bisa berarti menggabungkan unsur-unsur baru ke dalam kebiasaan, tradisi, dan cara hidup yang sudah ada.
- Penolakan dan Resistensi: Tidak semua elemen budaya dari kelompok luar akan diadopsi oleh kelompok masyarakat yang lebih kuat. Beberapa elemen mungkin ditolak atau diperlakukan dengan skeptisisme. Ini bisa terjadi karena keinginan untuk mempertahankan identitas budaya asli atau karena perbedaan-nilai-nilai budaya.
- Pembentukan Identitas Baru: Proses akulturasi bisa menghasilkan perubahan dalam identitas budaya individu dan kelompok masyarakat. Individu dan kelompok masyarakat mungkin mengalami perubahan dalam cara mereka melihat diri mereka sendiri dan dalam cara orang lain melihat mereka. Identitas budaya yang baru dapat menggabungkan elemen-elemen budaya dari berbagai sumber.
- Evolusi Budaya: Proses akulturasi adalah dinamis dan terus berlanjut. Budaya terus berubah dan berkembang sebagai hasil dari interaksi yang berkelanjutan antara kelompok masyarakat yang berbeda. Ini bisa menghasilkan inovasi budaya dan perubahan sosial.
- Konflik Budaya: Terkadang, proses akulturasi dapat memicu konflik budaya. Ketika elemen-elemen budaya yang berlawanan bertabrakan, dapat timbul ketegangan dan pertikaian. Penting untuk mencari jalan untuk mengatasi konflik budaya dengan dialog dan penghormatan terhadap keanekaragaman budaya.
Proses akulturasi adalah fenomena yang kompleks dan bervariasi dari satu situasi ke situasi lainnya. Ini dapat memiliki dampak positif dan negatif, tergantung pada bagaimana interaksi budaya dielakukan dan diatur. Pemahaman yang baik tentang proses ini dapat membantu masyarakat mempromosikan toleransi, penghargaan terhadap budaya asing, dan pembentukan masyarakat yang inklusif.
Jenis dan Aspek Akulturasi
Terdapat tiga jenis akulturasi, yaitu sebagai berikut:
- Blind acculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika orang-orang dengan budaya yang berbeda tinggal secara berdekatan satu sama lain dan pola-pola budaya dipelajari secara tidak sengaja.
- Imposed acculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika terdapat unsur pemaksaan pada posisi suatu budaya oleh budaya lain.
- Democratic acculturation. Akulturasi jenis ini terjadi ketika representasi tiap budaya menghormati budaya lainnya.
Menurut Berry (2005), akulturasi dapat diukur berdasarkan beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:
- Cultural Maintenance
Cultural Maintenance merupakan perilaku individu dalam mempertahankan budaya dan identitas dari daerah asalnya. Perilaku tersebut dapat tampak dalam kegiatan yang dilakukan sehari-hari, misalnya saja dalam berkomunikasi (penggunaan bahasa), penggunaan pakaian, penggunaan lambang-lambang budaya, dan lain sebagainya.
- Contact and Participation
Contact and Participation merupakan tindakan individu untuk melakukan kontak dan berpartisipasi dengan kelompok mayoritas bersama dengan kelompok budaya lainnya. Perilaku-perilaku dalam beradaptasi terhadap budaya yang berbeda mencakup peran dari status kelompok, identifikasi, pertemanan (friendships), dan penilaian ideologi.
Perilaku pertemanan (friendships) merupakan salah satu cara dalam melakukan kontak dengan anggota kelompok lain yang dapat meningkatkan persepsi dan evaluasi dari kelompok lain. Pertemanan (friendships) dapat meningkatkan emosi positif yang mengarah pada perilaku yang lebih baik dari kelompok lain. Outgroup friendships atau pertemanan dengan kelompok lain akan menurunkan tingkat prasangka, meningkatkan rasa simpati, dan meningkatkan kepedulian terhadap situasi dan masalah yang dihadapi oleh kelompok budaya lain.
Strategi Akulturasi
Menurut Rahmita dan Subandi (2015), terdapat empat strategi akulturasi yang biasanya dialami oleh individu, yaitu sebagai berikut:
- Integrasi (integration)
Integrasi yaitu individu tetap mempertahankan budaya asli mereka tetapi individu juga ingin berpartisipasi terhadap budaya luar yang masuk ke dalam budaya mereka. Baik budaya asli dan budaya luar diterima oleh individu. Nilai-nilai budaya asli tetap dipertahankan dan nilai-nilai budaya luar juga ikut diadopsi yang pada akhirnya akan mempengaruhi perilaku individu tersebut. Salah satu perubahan yang terjadi, misalnya mereka dapat berbicara dua bahasa atau lebih.
- Asimilasi (assimiliation)
Asimilasi yaitu individu hilang kontak (tidak memiliki kontak) dengan budaya asli mereka tetapi individu lebih memilih mengadakan kontak dengan budaya luar. Jadi, individu menolak budaya asli mereka dan secara menyeluruh mengasimilasi budaya luar. Terjadi perubahan dalam perilaku mereka, yaitu mengikuti nila-nilai budaya luar. Mereka mengurangi interaksi dengan orang-orang dari budaya asli mereka, mereka berbicara menggunakan bahasa dari budaya luar ketika mereka berinteraksi dengan orang-orang dari budaya asli mereka sendiri.
- Separasi (separation)
Separasi yaitu individu mempertahankan nilai-nilai budaya asli mereka dan menolak nilai-nilai budaya luar yang masuk. Individu hanya mengadakan interaksi dengan budaya asli mereka tetapi tidak mengadakan interaksi dengan budaya luar. Jenis ini merupakan kebalikan dari asimilasi. Individu tersebut menggunakan bahasa asli mereka dalam berinteraksi dengan orang-orang dari budaya luar serta dari budaya mereka sendiri.
- Marginalisasi (marginalization)
Marginalisasi yaitu individu memutuskan untuk menolak budaya asli dan budaya luar. Individu tidak mempertahankan budaya asli mereka tetapi juga tidak menerima budaya luar. Maka dari itu, tidak terjadi perubahan dalam diri individu yang disebabkan oleh budaya luar, tetapi individu juga tidak berusaha mempertahankan budaya asli mereka.
Faktor Terjadinya Akulturasi
Ada beberapa faktor yang menyebabkan timbulnya akulturasi. Faktor penyebab ini terbagi menjadi dua, yaitu faktor internal dan faktor eksternal dengan penjelasan sebagai berikut:
1.Internal
Faktor akulturasi secara internal merupakan faktor penyebab yang sumbernya berasal dari dalam kelompok masyarakat itu sendiri. Adapun faktor tersebut meliputi:
- Penemuan baru di berbagai bidang yang memang memiliki kemampuan untuk memengaruhi.
- Jumlah penduduk yang semakin bertambah seiring bertambahnya waktu.
- Inovasi atau perubahan penemuan yang berpengaruh terhadap kehidupan suatu kelompok masyarakat.
- Terjadi konflik sosial di tengah masyarakat.
- Terjadi revolusi sosial di kalangan masyarakat, baik dalam lingkup besar ataupun kecil.
2.Eksternal
Faktor akulturasi secara eksternal merupakan faktor penyebab yang sumbernya berasal dari luar kelompok masyarakat. Adapun faktor eksternal tersebut yaitu:
- Perubahan alam, termasuk iklim, cuaca, ataupun fenomena alam lainnya.
- Konflik dan sengketa internasional antar dua negara atau lebih.
- Pengaruh budaya asing melalui proses penyebaran suatu budaya atau difusi.
- Bentuk Akulturasi
Ada banyak jenis akulturasi yang berkembang hingga saat ini, beberapa diantaranya adalah:
- Substitusi
Substitusi merupakan suatu proses penggantian unsur budaya yang lama digantikan unsur budaya baru dengan memberikan nilai tambah bagi para penggunanya.
- Sinkretisme
Sinkretisme adalah suatu proses terbentuknya suatu sistem yang dikarenakan adanya perpaduan unsur budaya lama dan baru.
- Addition
Addition atau penambahan ialah suatu proses yang mengombinasikan antara dua atau lebih unsur budaya sehingga memberikan nilai tambah terhadap unsur itu sendiri.
- Deculturation
Deculturation atau penggantian merupakan suatu proses pergantian unsur budaya lama yang tergantikan dengan unsur budaya baru.
- Originasi
Originasi adalah proses masuknya suatu budaya baru yang memberikan perubahan secara signifikan dalam ruang lingkup masyarakat di wilayah tertentu.
- Rejection
Rejection adalah suatu proses penolakan terhadap budaya yang baru. Penolakan dilakukan karena budaya baru tersebut dianggap memberi dampak negatif pada masyarakat. Hal ini bisa karena kurangnya kesiapan atau tidak setuju dengan adanya budaya tersebut.
Faktor Pendorong dan Penghambat Akulturasi
Berikut ini terdapat beberapa faktor pendorong dan penghambat akulturasi, terdiri atas:
Faktor Pendorong Akulturasi
Faktor pendorong Akulturasi adalah sebagai berikut:
- Kontak dengan kebudayaan lain
- Sistem pendidikan formal yang maju
- Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan untuk maju
- Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan yang menyimpang (deviation)
- Sistem terbuka pada lapisan masyarakat
- Adanya penduduk yang heterogen
- Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu
- Adanya orientasi ke masa depan
Faktor Penghambat Akulturasi
Faktor penghambat Akulturasi adalah sebagai berikut;
- Perkembangan ilmu pengetahuan yang lambat
- Sikap masyarakat yang tradisional
- Adanya kepentingan yang telah tertanam dengan kuatnya.
- Kurangnya hubungan dengan masyarakat lain.
- Adanya prasangka buruk terhadap hal-hal baru.
- Adanya hambatan yang bersifat ideologis.
- · Adat atau kebiasaan
Masalah yang Timbul dalam Akulturasi
Dalam meneliti akulturasi, ada lima golongan masalah mengenai akulturasi, yaitu :
- Masalah mengenai metode-metode untuk mengobservasi, mencatat, dan melukiskan suatu proses akulturasi dalam suatu masyarakat.
- Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan asing apa yang mudah diterima, dan unsur-unsur kebudayaan asing apa yang sukar diterima oleh masyarakat penerima.
- Masalah mengenai unsur-unsur kebudayaan apa yang mudah diganti atau diubah, dan unsur-unsur apa yang tidak mudah diganti atau diubah oleh unsur-unsur kebudayaan asing
- Masalah mengenai individu-individu apa yang suka dan cepat menerima, dan individu-individu apa yang sukar dan lambat menerima unsur-unsur kebudayaan asing;5. masalah mengenai ketegangan-ketegangan dan krisis-krisis sosial yang timbul sebagai akibat akulturasi.
Hal-Hal Penting Mengenai Akulturasi
Hal-hal yang sebaiknya diperhatikan oleh para peneliti yang akan meneliti akulturasi adalah :
- kondisi warga penerima saat sebelum proses akulturasi mulai berjalan; Bahan menimpa kondisi warga penerima sesungguhnya ialah bahan tentang sejarah dari warga yang bersangkutan. Apabila terdapat sumber- sumber tertulis, hingga bahan itu bisa dikumpulkan dengan memakai tata cara yang biasa dipakai oleh para pakar sejarah. Apabila sumber tertulis tidak terdapat, periset wajib mengumpulkan bahan tentang kondisi warga penerima yang kembali sepanjang bisa jadi dalam ruang waktu, misalnya dengan proses wawancara. Dengan demikian, seseorang periset bisa mengenali kondisi kebudayaan warga penerima saat sebelum proses akulturasi mulai berjalan. Dikala inilah yang diucap“ titik permulaan dari proses akulturasi” ataupun base line of acculturation.
- Individu- individu dari kebudayaan asing yang bawa unsur- unsur kebudayaan asing; Individu- individu ini diucap pula agents of acculturation. Pekerjaan serta latar balik dari agents of acculturation inilah yang hendak memastikan corak kebudayaan serta unsur- unsur apa saja yang hendak masuk ke dalam sesuatu wilayah. Perihal ini terjalin sebab dalam sesuatu warga, terlebih bila warga itu merupakan warga yang luas serta lingkungan, masyarakat cuma mengenali sebagian kecil dari kebudayaannya saja, umumnya yang berkaitan dengan profesi serta latar balik masyarakat tersebut.
- Saluran- saluran yang dilalui oleh unsur- unsur kebudayaan asing buat masuk ke dalam kebudayaan penerima; Perihal ini berarti buat mengenali cerminan yang jelas dari sesuatu proses akulturasi. Contohnya merupakan apabila kita mau mengenali proses yang wajib dilalui oleh kebudayaan pusat buat masuk ke dalam kebudayaan wilayah, hingga saluran- salurannya merupakan lewat sistem propaganda dari partai- partai politik, pembelajaran sekolah, garis hirarki pegawai pemerintah, serta lain- lain.
- Bagian- bagian dari warga penerima yang terserang pengaruh unsur- unsur kebudayaan asing tadi; Kadangkala, unsur- unsur kebudayaan asing yang diterima masing- masing golongan- golongan dalam warga berbeda- beda. Oleh sebab itu, berarti buat mengenali bagian- bagian mana dari warga penerima yang terserang pengaruh unsur- unsur kebudayaan asing tersebut.
- Respon para orang yang terserang unsur- unsur kebudayaan asing, Dibagi jadi 2 respon universal, ialah respon“ kolot” serta respon“ progresif”. Respon“ kolot” merupakan respon menolak unsur- unsur kebudayaan asing, yang pada kesimpulannya hendak menimbulkan pengunduran diri grupnya dari realitas kehidupan warga, kembali ke kehidupan mereka yang telah kuno. Respon“ progresif” merupakan respon yang bertentangan dengan” kolot”, respon yang menerima unsur- unsur kebudayaan asing.
Contoh Akulturasi
- Seni Bangunan
Seni bangunan selaku salah satu contoh akulurasi nampak dari bangunan candi. Ini selaku bentuk akulturasi antara budaya asli Indonesia dengan budaya Hindu- Budha. Candi sendiri merupakan wujud perwujudan akulturasi yang terjalin diantara Indonesia dengan India. Candi yang tercantum hasil bangunan pada era megalitikum ialah bangunan punden berundak. Bagian ini menemukan pengaruh langsung dari budaya Hindu Budha. Contoh yang lain semacam yang dapat kamu amati pada candi Borobudur. Di candi ini mempunyai bermacam berbagai benda yang dikubur yang kerap diucap dengan bekal kubur. Ini yang membuat candi tidak cuma berperan selaku makam saja namun pula selaku rumah dewa. Sebaliknya pada candi Budha, malah dijadikan tempat pemujaan dewa, sehingga tidak hendak kamu temukan peti pripih ataupun abu jenazah yang ditanam di dekat candi ataupun didalam bangunan stupa.
- Seni Tarian
Berikutnya merupakan seni tarian, salah satunya merupakan Tari Betawi. Orang Betawi tersebar serta tinggal di bermacam wilayah di Jakarta. Mulai tinggal di pesisir, tengah kota apalagi terdapat yang bertempat tinggal di pinggir kota. Perbandingan tempat tinggal inilah yang membuat perbandingan Kerutinan dan kepribadian yang menimbulkan akibat negatif penyimpangan sosial. Tidak cuma itu saja, interaksi dengan suku lain pula pengaruhi karakteristik khas untuk orang Betawi. Tidak heran bila tari yang diciptakan jadi berbeda. Yang sangat terasa merupakan contoh akulturasi budaya seni tari dianatar orang Betawi dengan negeri Tiongkok dimana mereka sukses menghasilkan tari cokek, lenong, dan gambang kromong.
- Seni Berpakaian
Tidak hanya seni tari, akulturasi pula dapat terjalin pada seni berpakaian. Semacam Adat Betawi, orang Betawi umumnya menggunakan sebagian tipe baju. Tetapi yang sangat kerap dipakai ialah baju adat dengan tutup kepala ataupun destar. Dan pakaian jas yang menutup leher dengan bawahannya berbentuk celana panjang. Buat memenuhi pakaiannya, laki- laki Betawi hendak mengenakan selembar kain batik yang dilingkarkan pada pinggang. Tidak ketinggalan disematkan sebilah belati pada bagian depan perut.
Berbeda dengan para perempuan yang memakai kebaya, selendang panjang dan dilengkapi dengan penutup kepala serta pula kain batik. Buat baju pengantin, hendak lebih nampak hasil akulturasinya. Mengingat bermacam kelompok etnislah yang membentuk adat warga Betawi. Baju buat penganti laki- laki umumnya terdiri dari sorban, kemudian terdapat jubah panjang dan celana panjang. Pakaian ini banyak dipengaruhi dengan budaya Arab. Berbeda dengan baju pengantin perempuan yang mengenakan syangko ataupun penutup muka. Dengan pakaian model encim dan rok panjang, ini hendak nampak akulturasi dengan kebudayaan Tiongkok. Yang lebih unik lagi merupakan terompah ataupun alas kaki buat pengantin laki- laki serta perempuan yang dipengaruhi kebudayaan Arab.
- Adat Kebiasaan
Tidak cuma itu, adat Kerutinan pula terdapat yeng terserang contoh akulturasi budaya. Semacam halnya membagi rezeki pada dikala hari raya. Ini ialah hasil dari proses akulturasi dengan budaya Tionghoa dan Islam. Membagikan dengan ketulusan hati merupakan bagian terutama dikala melaksanakan kewajiban jadi manusia. Apalagi lebih indah lagi jika seluruh kebajikan yang kamu jalani di hari raya. Melaksanakan tradisi ini jadi bagian dari melaksanakan kebajikan. Tradisi ini apalagi diwariskan leluhur dan terus berlangsung sebab memilikig nilai- nilai moral bertujuan baik. Salah satu yang jadi tradisi pada dikala Lebaran ialah berbagi rezeki.
- Makam
Makam pula jadi salah satu contoh dari proses akulturasi. Terlebih lagi untuk para raja yang mempunyai bentu semacam istana apalagi disamakan dengan orangnya. Dan dilengkapi dengan keluarga, pembesar, apalagi pengiring terdekat. Budaya asli Indonesia ini nampak pada gugusan cungkup yang diberikan bersumber pada ikatan keluarga. Pengaruh budaya Islam dapat kamu amati pada huruf dan bahasa Arab, semacam pada Makam Puteri Suwari di Leran, Gresik dan pada Makam Sendang Dhuwur di atas bukit, Tuban.( baca pula: Perlengkapan Komunikasi Era Saat ini)
- Seni Rupa
Akulturasi pada bidang seni rupa pula dapat kamu amati pada seni kaligrafi ataupun seni khot. Yang ialah seni dari perpaduan seni lukis dengan seni ukir. Yang umumnya mengenakan huruf Arab indah dan penyusunan yang bersumber kepada ayat- ayat suci pada Angkatan laut(AL) Qur’ an. Sebaliknya guna seni kaligrafi ialah buat motif batik, dan hiasan pada masjid- masjid. Tidak ketinggalan keramik, keris, nisan, apalagi hiasan pada mimbar dan masih banyak lagi.
- Aksara serta Sastra
Seni sastra yang terdapat Indonesia pada era Islam pula banyak terbawa- bawa sastra Persia. Di Sumatra, contohnya memiliki karya sastra berisikan pedoman- pedoman hidup. Semacam cerita Amir Hamzah, Bayan Budiman dan 1001 Malam yang populer itu. Hasil akulturasi pada seni sastra, diantara lain selaku berikut. Suluk ialah kitab yang membentangkan dan menekankan pada ajaran tasawuf, semacam Suluk Wujil, Suluk Sukarsa. Kemudian terdapat Hikayat yang ialah saduran cerita wayang. Berikutnya terdapat Babad, ialah hikayat yang berisikan sejarah. Semacam Babad Tanah Jawi yang berisikan sejarah Pulau Jawa. Serta terakhir terdapatnya Kitab- kitab lain yang berisikan ajaran moral dan tuntunan hidup, misalkan Taj us Salatin.
- Sistem Kalender
Pada era Khalifah Umar bin Khatab sudah diresmikan kalender Islam yang memakai perhitungan berdasar peredaran bulan yang lebih diketahui dengan tahun Hijriah. Tahun 1 Hijrah( H) sama dengan tahun 622 Meter, sedangkan pada dikala yang sama di Indonesia pula telah mengenakan perhitungan tahun Saka( S) yang didasari dengan peredaran matahari. Tahun 1 Saka ialah tahun yang bersamaan dengan dengan tahun 78 Meter.
- Seni Musik serta Tari
Akulturasi pula terjalin pada seni musik yang dapat kamu amati pada musik qasidah ataupun gamelan dikala upacara Gerebeg Maulud. Buat seni tari kamu dapat melihatnya pada tari Seudati, dimana tarian ini diiringi sholawat nabi. Kemudian terdapat kesenian Debus yang umumnya dimulai dengan pembacaan Angkatan laut(AL) Qur’ an dan tumbuh pesat di Banten, Aceh, serta Minangkabau.
- Sistem Pemerintahan
Pada era Hindu pusat kekuasaan merupakan raja sehingga raja dikira selaku titisan dewa. Oleh sebab itu, timbul kultus“ dewa raja”. Apa yang dikatakan raja merupakan benar. Demikian pula contoh sikap anti sosial pada era Islam, pola tersebut masih berlaku cuma dengan corak baru. Raja senantiasa selaku penguasa tunggal sebab dikira selaku khalifah, seluruh perintahnya wajib dituruti.
- Bahasa
Tidak hanya itu kamu dapat memandang kasus area hidup dalam melihat contoh akulturasi budaya bahasa, semacam pada pemakaian bahasa sansekerta. Dimana masih dapat kamu temukan sampai saat ini yang mana bahasa Sansekerta salah satu yang memperkaya perbendaharaan pada bahasa Indonesia. Pemakaian bahasa Sansekerta dapat kamu temukan pada prasasti semacam batu bertulis, yang ialah aset kerajaan Hindu serta Budha pada abad 5– 7 Meter, Sebaliknya buat aksara dapat kalian
amati pemakaian huruf Pallawa, dari huruf Pallawa inilah yang setelah itu tumbuh jadi huruf Jawa Kuno ataupun kawi dan huruf aksara pada Bali serta Bugis.
- Religi/ Kepercayaan
Sistem keyakinan di Indonesia nyatanya pula hadapi akulturasi. Perihal ini terjaadi saat sebelum agama Hindu- Budha tumbuh ke Indonesia ialah keyakinan bersumber pada Animisme dan Dinamisme. Dengan hadirnya agama Hindu– Budha masuk ke dalam Indonesia, warga Indonesia juga memutuskan buat mulai menganut dan mempercayai agama tersebut.
Namun, agama Hindu– Budha yang tumbuh nyatanya hadapi akulturasi dari perpaduan keyakinan Animisme dengan Dinamisme. Sehingga agama Hindu dan Budha yang tumbuh di Indonesia tidak sama dengan agama Hindu serta Budha pada bangsa India.
- Organisasi Sosial Kemasyarakatan
Bentuk akulturasi pula nyatanya hingga pada bidang organisasi sosial kemasyarakatan. Yang dapat kamu amati pada organisasi politik. Ialah pada sistem pemerintahan di Indonesia, sehabis muncul dan pengaruh bangsa India. Dengan pengaruh kebudayaan India inilah yang membuat sistem pemerintahan di Indonesia pada awal mulanya wujud kerajaan. Dimana kerajaan umumnya diperintah oleh seseorang raja serta pula turun temurun.
- Perlengkapan Hidup
Yang terakhir memperoleh akulturasi merupakan perlengkapan hidup, perlengkapan hidup sendiri terdiri dari rumah dan perabotan didalamnya. Dimana perabotan dan wujud rumah di Indonesia dihasilkan dari proses akulturasi Indonesia dengan bangsa Cina. Yang mana kamu dapat menciptakan bermacam berbagai porselen mulai dari perlengkapan makan sampai guci.