4 Contoh Naskah Drama Komedi Berbagai Tema – Drama komedi adalah salah satu tema drama yang banyak dipertontonkan. Drama komedi adalah bagian dari sekian banyak tema drama yang mampu menghibur para penonton, terlebih lagi jika drama tersebut dimainkan secara apik dan lucu.Drama lucu dengan pemain yang mampu menguasai panggung dapat mengibur para penonton hingga memberikan sebuah kesan berarti kepada para penonton. Nah, dibawah ini adalah salah satu karangan naskah drama komedi yang bisa Anda simak.
CONTOH NASKAH DRAMA KOMEDI
Tema: Komedian
Judul: Nggak Nyambung Deh..!!
Pemain: 4 Orang
1. Nahar
2. Candra
3. Jaskun
4. Lote
Nahar:
Wah.. kalau siang bolong gini enaknya ngapain ya? cuaca panas, udah gitu angin nggak mau dateng lagi.
Candra:
Siang bolong giman maksud kamu? emang dimana bolongnya?
Jaskun:
Iya, aneh banget loe! kalau siang ada buntut bolongnya, kenapa malam nggak ada?
Candra:
Iya bener, kagak pernah dengan tuh malam bolong. Emang kau denger darimana perkataan siang bolong itu, Har?
Nahar:
Ya nggak tahu, orang siang bolong itu sering terdengar ditelinga saya, ya saya ngikut2 aja.
Lote:
Ya kau Har… main ingkut aja loe.. kalau kau suka ikut-ikutan gitu, mending kau ngikut mak gue aja.
Nahar:
Ngikut mak loe? ngikut kemana?
Jaskun:
Iya, ngikut mak kau kemana, Lot?
Lote:
Gini, mak gue kemarin kan mau pergi kemana gitu, mak gue ngajakin gue, tapi gue nggak mau. Nah, gimana kalau kau yang ikut, ntar gue kasih tahu mak gue.
Candra:
Gila loe, Lot. Kau nyuruh Nahar ngkiut mak loe, tapi kau nggak tahu mau diajak kemana.
Jaskun:
Iya, bingung gue sama si Lote ini.
Jaskun:
Ye elah… kalian ini gimana sih?? kan kau pada udag tau, namanya aja Lote, gimana nggak ngebingungin?
Candra:
Iya, namanya aja Lote, ya pantes aja apa yang dia omongin asal njeplak.
Nahar:
Ya udah lah.. cuman gara-gara “siang bolong” kita pada jadi ribut!
Jaskun:
Siapa yang ribut? dari tadi kita juga cuman ngomong2 doang, nggak ada perkelahian, nggak ada ribut2 tuh.
Nahar:
Iya, maksud gue nggak usah dibahas lagi.
Lote:
Lha kan entar dewan mau negbahas Rancangan Undang-undang.
Jaskun:
Emang benar? DPR mau ngebahas soal “siang bolong” itu ya?
Nahar:
Yea.. kau pada.. apa hubungannya siang bolong dengan pembahasan RUU di DPR.
Candra:
Kan DPR itu Dewan Perwakilan Rakyat, perwakilan kita-kita, ya wajarlah kalau mereka ikut ngebahas apa yang kita bahas, bener nggak?
Lote:
Bener itu!
Nahar:
Bener apanya yang bener? asal ngomong aja loe.. pada gila semua emang.
Lote:
Siapa yang pada gila? DPR yang gila ya?
Candra:
Ah.. masak iya DPR gila? kan mereka itu para tokok intlektual, masak mereka pada gila?
Nahar:
Iya gila, kalian semua ini yang gila.
Lote:
Lha kita kan bukan DPR.
Jaskun:
Eh.. gue tinggal dulu ya?
Nahar:
Emang kau mau kemana, Mik?
Jaskun:
Gue nggak kemana-mana.
Nahar:
Nggak kemana-mana kok bilang “gue tinggal dulu”? gimana sih loe?
Lote:
Ya terserah Jaskun dong, orang dia mau ngomong gitu, apa salahnya, iya nggak? kan itu kebebasan dia untuk ngomong.
Jaskun:
Gue ngomong “gue tinggal dulu” karena gue mau kunci mulut gulu.
Candra:
Emang kau bawa gembok? mana, nggak lihat tuh..
Nahar:
Lha ngapain mesti bawa gembok, emang kalau mau ngunci mulut harus pake gembok?
Candra:
Yang namanya mau ngunci, kan harus ada gemboknya. Emang mau dikunci pakek apa kalau kagak ada gemboknya?
Lote:
Iya, bener loe, Can. O’on amat sih si Nahar ini!
Nahar:
Terserah kalian dah.. malas gue ngomong sama kalian.. kagak ada ujungnya!!!
Lote:
Orang kita masih dipangkal, ya pantes aja belum nyampe ujungnye, bener nggak, Can?
Candra:
Iye, that’s right bro.
Jaskun:
Wooii… bahasa apaan tuh, Can? baru kali ini gue denger?
Candra:
Ah.. gima sih loe, katanya udah ogah ngomong?
Nahar:
Iya, katanya kau udah ogah ngomong?
Jaskun:
Gue kan kagak pernah dengar ada bahasa gituan. Itu bahasa Mandarin ya, Can?
Candra:
Iya bener, itu bahasa Mandarin.
Lote:
Oh.. bahasa Mandarin ya…
Nahar:
Dasar gila, orang bahasa Inggris dibilang bahasa Mandarin.
Jaskun:
Bahasa apa sih yang bener? Mandarin apa Inggris?
Candra:
Percaya aja ma gue, RT gue bilang itu bahsa Mandarin kok.
Nahar:
Hemmm… Ya sudahlah, saya mau pergi dulu.
Lote:
Ah loe.. kayak nggak betahan aja hidup didunia? umur kau aja baru 20 tahun, tapi udah mau pergi.
Nahar:
Maksud gue, gue mau pulang dulu.
Lote:
Oh gitu.. nah, salah kau dong.. kau bilang mau pergi, gue pikir kau udah nggak demen hidup.
Nahar:
Terserah kau deh, Lot!
TAMAT
Nah, itulah sebuah naskah drama komedi lucu terbaru yang dapat #jatikom share dengan para readers contoh naskah drama kali ini. Moga saja dapat bermanfaat bagi kalian, jangan lupa share nya yah.
CONTOH NASKAH DRAMA KOMEDI
Judul Drama : Menonton Televisi
Pemeran : Adit, Dirham, Rani, dan Budi
Karakter Tokoh : Adit (jahil dan usil), Dirham (Mudah dipengatuhi), Budi (lugu), Rani (Selalu ingin tahu), Mirna (Pemarah)
Sipnosis Drama :
Suatu ketika di malam hari pada saat sedang mati listrik pada jam-jam sinetron kartun kesayangan anak-anak. Adit sengaja keluar rumah untuk memberitahukan kepada teman-temannya, bahwa di rumahnya tetap bisa menonton televisi meski sedang mati listrik. Ia pun bergegas mengumpulkan teman-temannya di dekat alun-alun desa.
Dialog drama :
Adit : Hei, teman-teman. Ayo ke rumahku! Di rumahku kalian tetap bisa menonton televisi meskipun mati listrik.
Budi : Kamu bercanda ya Dit? Gelap-gelap begini, lampu penerangan saja tidak menyala. Kamu malah mengajak kami menonton televisi.
Rina : Bercandamu tidak lucu Dit. Malas aku.
Dirham : Hati-hati teman-teman, kalian bisa saja dikerjai oleh Adit. Aku paham betul bagaimana tingkah polahnya. Dia kan sangat jahil dan suka mengerjai teman-temannya.
Budi : betul itu. Aku tidak akan tertipu.
Mirna : Aku dulu pernah tertipu olehnya. Sekarang ini tidak akan lagi. Awas ya kalau kamu berani berbohong!
Adit : Ya Ampun, sungguh. Aku tidak berbohong. Aku masih bisa menonton acara telivisi meski saat ini sedang mati listrik. Apa di rumah kalian bisa?
Dirham : Ya tentu saja tidak bisa. Kan listriknya sedang mati.
Rina : Logika dari mana itu Dit? Mati listrik begini kamu masih bisa menonton televisi.
Mirna : Aku tidak percaya kata-katamu!
Budi : Betul itu.
Adit : Tenang dulu, sabar-sabar. Biar aku jelaskan dulu. Kalian kan tidak bisa menonton televisi di rumah masing-masing, betul kan?
Budi, Rina, Mirna, Dirham : Jelas, kan sedang mati listrik.
Adit : memang betul sekarang sedang mati listrik dan televisi di rumah kalian tidak bisa hidup karenanya. Tapi pengecualian di rumahku ini, televisi tetap bisa ditonton walaupun sedang mati listrik.
Rina : benarkah yang kau katakan itu Dit?
Dirham : Kau tidak bohong kan?
Budi : Sulit dipercaya.
Adit : Kalau tidak percaya, kalian bisa ke rumahku sekarang. Biar kita bisa menonton televisi bersama-sama.
Rina, Dirham, Budi, Mirna : Baik, buktikan kata-katamu ya!
[sc:ads]
Akhirnya Budi, Dirham, Mirna, dan Rina segera bergegas menuju rumah Adit untuk membuktikan perkataannya tersebut. setibanya di rumah Adit :
Adit : Nah silahkan masuk!
Budi : Rumahmu gelap sama saja dengan rumahku Dit. Apa bisa menonton televisi kalau keadaannya begini?
Dirham : Iya Dit, aku jadi ragu.
Mirna : Gelap begini, sudah pasti listriknya tidak menyala. Iya kan Dit?
Rina : Sudahlahm ayo kita ke dalam!
Budi : Mencurigakan sekali.
Adit : He.. he. Ayo kita ke ruang tengah! Televisi ada di ruang itu.
Kondisi rumah Adit tak jauh berbeda dengan kondisi rumah lainnya yang sedang mati listrik. Namun Adit dengan percaya dirinya hendak menunjukkan kebolehan televisi miliknya yang masih bisa ditonton meskipun sedang mati listrik.
Adit : Nah, ini dia televisiku yang tetap bisa ditonton meskipun sedang mati listrik.
Dirham : Ini… televisimu bukannya tidak menyala Dit?
Budi : Iya, di rumah kami pun kondisinya sama seperti di sini.
Mirna : Dasar bocah iseng, kau membohongi kami ya?
Rina : Dit, kamu tidak berbohong kan? Kau bilang televisimu tetap bisa ditonton walaupun sedang mati listrik?
Adit : Memang Iya.
Rina : Lalu, mana buktinya? Televisimu sama sekali tidak menyala.
Dirham : Betul itu.
Adit : Ha..ha. (tertawa terbaha-bahak). Kalian ini mudah sekali ditipu ya. Kubilangkan televisiku tetap bisa ditonton meski sedang mati lampu. Memang betul kan? Tonton saja kalau kalian tidak percaya! Masih bisa ditonton kan? Ha…ha.
Budi : Maksudmu?
Adit : Iya, tonton saja televisiku yang masih dalam keadaan mati itu!
Rina : kamu mengerjai kami ya Dit? Kamu bilang televisimu tetap bisa menyala meski mati listrik?
Adit : Aku tidak pernah berkata begitu Rina. Yang ku katakan adalah televisi ku tetap bisa ditonton meski mati listrik. Benar kan? Kita masih bisa menonton televisi walaupun gelap begini. Ha..ha.
Dirham : ah, malas aku kau kerjai terus-terusan.
Budi : Aku pulang ya Dit. (keluar rumah Adit dengan perasaan kesal)
Rina : Sudahlah, ayo kita pulang! Kesal aku dibuat oleh Adit.
Mirna : Biarlah Tuhan yang membalasmu. Huh.
Adit : Maaf-maaf. Bercanda loh. (masih sambil tertawa puas)
Akhirnya Rina, Budi, Mirna, dan Dirham pulang ke rumah mereka masing-masing dengan suasana hati yang kesal karena merasa telah dikerjai oleh Adit.
CONTOH NASKAH DRAMA KOMEDI
Siang itu lima sekawan yakni Danu, Dina, Dita, Didi, dan Dadang sepakat untuk mengerjakan tugas sepulang sekolah bersama.
Dita : “Nanti kita kerjakan tugas di tempat biasa ya teman-teman.”
Didi : “Di balai desa atau di rumah Danu?”
Dita : “Di balai desa saja.”
Dina : “Baiklah teman-teman, kalau begitu saya pulang ganti baju dan makan dulu baru saya ke balai desa.”
Setelah mereka semua pulang ke rumah masing-masing dan jam menunjukkan pukul empat sore, Dina, Dita, dan Didi segera berangkat menuju balai desa. Hanya Danu yang tidak berangkat karena sepulang sekolah ia tertidur pulas dan lupa jika sudah sepakat mengerjakan tugas.
*Sampai di balai desa*
Didi : “Danu mana ya? Sudah hampir jam lima dia tak kunjung datang.”
Dina : “Jangan-jangan dia lupa jika sekarang kita akan mengerjakan tugas?”
Dita : “Atau mungkin dia mengira kalau kita akan mengerjakan tugas di rumahnya. Sebaiknya kita ke rumahnya mungkin dia sudah menunggu kita.”
Dadang : “Mungkin dia ada urusan tetapi lupa memberitahu kita. Kita tunggu saja disini sembari menyelesaikan separuh tugas.”
Mereka berempat mengerjakan tugas bersama terlebih dahulu sembari menunggu kedatangan Danu. Setelah jam tangan Dadang menunjukkan angka pukul 5:30 sore, terlihat dari jauh anak laki-laki terengah-engah berlari membawa tas.
Didi : “Tuh kan, Danu baru kemari.”
Dina : “Eh.. iya. Tetapi kenapa dia berlari seperti dikejar hantu dan memakai seragam sekolah?”
Danu : “Teman-teman? Sedang apa kalian sepagi ini di balai desa? Apa kalian tidak takut terlambat kesekolah?”
Seketika Dita, Dina, Didi dan Dadang tertawa terbahak-bahak.
Dita : “Ini masih sore, Danu. Pasti kamu baru bangun tidur kan?”
Dina : “Makanya Dan, kita dilarang tidur sampai hampir petang.”
Wajah Danu memerah disertai rasa malu dan menyesal.
Contoh Naskah Drama Komedi 5 Orang
Judul : Preman Negeri Sampah
Terdapat suatu negeri yang terdiri dari 10% oksigen dan 80 % sampah, juga 10% bahan lainnya, negeri itu dikenal dengan sebutan negeri sampah. Sampah mendonimasi sebagian besar negeri itu, jalan terhias sampah, bukit dari sampah, dan minuman dari air. Karena keadaanya yang sangat amat teramat mengenaskan, alhasil banyak orang yang menganggur disana. Pada suatu ketika, terdapat 2 ekor preman yang bernama Anton dan Joko yang sedang dilanda masalah. Apa masalahnya dan apa yang akan mereka lakukan? Kita langsung saja ke KTP!
Anton : “Jok, udah 1 minggu kita ga dapet penghasilan nih,”
Joko :”Kita nyari kerjaan sampingan gimana?”
Anton :”Boleh juga tuh. Apaan kerja sampinganya?”
Joko :”Kita udahan dulu jadi preman, kita cari pekerjaan yang lebih mulia, yang lebih barokah, yang bisa ngebahagiain orang tua, kita jadi tukang palak aja gimana?”
Anton :”Ya, sama aja,”
Joko :”Jadi pencuri,”
Anton :”Sama aja,”
Joko :”Jadi penculik?”
Anton :”Nah, itu baru pekerjaan laki sejati,”
Joko :”Oke. Korban pertama, lu yang cari,”
Anton :”Sip. Bisa diatur, nomi piro,”
Joko :”Kan nanti kita dapet duit,”
Anton :”Okeh,” (pergi)
Setelah 1 jam 42 menit 1,867 detik. Akhirnya Anton datang kembali.
Joko :”Lho, kok datang sendiri?”
Anton :”Gue gagal, hampir aja digebukin,”
Joko :”Kenapa bisa gagal?”
Anton :”Tdi gue udah ngebidiknih. Wah kayaknya ini anak orang kayaknih, tapi dia sama bapaknya, jadi gue tunggu sampai bapaknya pergi’kan. Gue udah nunggu lamaaaa banget. Akhirnya gue samperin tuh bapak-bapak. Terus gue bilang ‘Pak, boleh ga minggir sebentar, saya mau colik anak bapak’ gue udah bilang baik-baik malah mau dipukul!”
Joko :”Ya, iyalah. Lu jangan bilang mau nyulik dong,”
Anton :”Ya mending gue terus teranglah, daripada gue pura-pura jadi orang baik kayak orang digedung-gedung gede itu,”
Joko :”Tapi kenapa ga langsung culik aja, langsung bet culik, udah selesai,”
Anton :”Tadi gue udah kayak gitu, eh malah bapaknya yang keambil,”
Joko :”Ada-ada aja, udah pergi cari mangsa lagi,”
Anton :”Oke,”
Beberapa detik kemudian datanglah orang lewat, setelah itu barulah Anton datang dengan seorang perempuan yang dibilang cantik ga, dibilang jelek iya *plak. Maksudnya cantik banget.
Anton :”Ini bro,”
Joko :”Bagus. Siapa namanya?”
Susanti :”Susanti om,”
Anton :”Jangan panggil om, panggil aja mba, maksudnya mas,”
Joko :”Kamu anak orang kayak’kan?”
Susanti :”Lho kok tahu?”
Joko :”Keliatan dari lantainya. Nomor-nomor,”
Susanti :”Nomor apa?”
Joko :”Nomor sepatu, ya nomor telepone bapak kamu’lah. Jer, jer, siap-siap nelpon”
Anton :”Oke,” (ngambil hp)
Susanti :”08123456789,”
Anton :”Wih, nomornya nomor ganteng. Oke,” (menempelkan hp di telinga)
Anton :”Halo assalammu’alaikum. Passwordnya?”
Joko :”Ga pake password otak udang rebus. Sini sama gue,” (ngambil hp)
Joko :”Ini cara makenya gimana, ya?”
Anton :”Tinggal ngomong aja otak-otak,”
Joko :”Halo! Benar ini dengan bapaknya Susanti? Bapak sehat pa? Jadi gini pak, kebetulan anak bapak kami sandra, dan kami minta tebusannya. Tebusanya ga besar, Cuma 500 juta aja kok pa,”
Anton :”Kegedean” (mukul punggung Joko)
Anton :”Nanti makenya gimana?”
Joko :”Jadi berapanih?”
Anton :”Gue juga ga tahu. Kita tanya harga pasarannya aja gimana?”
Joko :”Boleh juga tuh, harga pasarannya berapa neng?”
Susanti :”Kok nanya ke saya, tanya ke yang lain dong,”
Anton :”Pak pak pak. Sini sebentar pak,” (manggil satpam)
Satpam :”Ada apa mas?”
Anton :”Harga pasaran penculikan berapa ya pak? 500 juta dapet ga pak?”
Satpam :”Nah ininih! ini bahayanih, ini ga benernih, lu itu jangan sembarangan ngasih harga, jangan sampai menjatuhkan harga pasar. Lo pikirin, lu kesini pake duit, makan pake duit, nelpon pake duit, belom lagi keluarga lu dirumah ngurusnya pake duit, sekarang ini harga-harga semuanya naik, keculi penghasilan rakyat. Coba sebutin tadi harganya berapa?”
Joko :”500 juta,”
Satpam :”Beeeuuh. Gocap aja cukup. Lu pikirin, kalo lo ketangkep terus digebukin nambah lagi biaya rumah sakit. Orang-orang di gedung itu kerjanya cuma nanda tangan sama tidur aja gajinya gede,”
Joko :”Okelah. Makasih pak,”
Satpam :”Semoga sukses, ya,” (salaman) (pergi)
Joko :”Jadi harganya gocap pak,”
Susanti :”Yaelah, masa harga gue gocap, naikin dikit dong,”
Joko :”Ini udah harga mati,”
Susanti :”200 juta aja gimana,”
Anton :’Boleh juga’tuh,”
Joko :”Terus buat apa kita nanya ke orang tadi? Tapi ga papalah. 200 jutanih, dil ya pak? Oke,”
Anton :”Gimana?”
Joko :”Tinggal nunggu hasil,”
Anton :”Tapi, itu orang punya duit sampe 200 juta ga yah? Ntar dia minjem dulu, terus jadi lama kita nunggunya,”
Joko :”Bener juga’sih, tapi udah terlanjut, jadi gapapalah,”
Setelah 1,57 detik menunggu, akhirnya ayah Susanti pun datang dengan sejumlah uang.
Bapak :”Nih!” (ngasih uang”
Joko :”Eits! Bentar dulu pak, bapak dapet uang ini dari mana? Masa cepet banget dapet uangnya. Jangan-jangan bapak koruptor ya. Jangan-jangan ini uang haramnih, maaf pak, uang haram kami ga nerima,”
Bapak :”Enak aja uang haram! saya dapat uang ini dari sampah!”
Anton :”Lho, kok bisa?”
Bapak :”Ya saya daur ulang sampah, lalu jual, dapet uang deh,”
Anton :”Kalo sampah masyarakat bisa didaur ulang pak?”
Bapak :”Bisa dong,”
Anton :”Kalau wajah saja?”
Bapak :”Itu sudah permanen, ga bisa diubah,”
Joko :”Berarti beloh dong kami kerja di tempat bapak?”
Bapak :”Kalian jadi preman gara-gara ga ada lapangan kerjakan? Kalo gitu mulai sekarang kalian kerja sama saya,”
Joko :”Siap pak,
Akhirnya Anton dan Joko bekerja dengan bapak Susanti. Sampah menjadi berkurang, begitu juga dengan sampah masyarakat.